Jumat, 20 Februari 2009

Percobaan padi dalam polybag di kebun bibit Pasirluyu





Sesuai kondisi kota Bandung yang mulai banyak terjadi konversi lahan pertanian subur ke pemukiman, maka untuk menyiasati hal tersebut dilakukan ujicoba penanaman padi dalam polybag guna mendukung program ketahanan pangan di Kota Bandung. Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 10 Februari 2009. Ujicoba dilakukan sebanyak 200 polybag dengan menggunakan padi varietas IR64.

2 komentar:

ririn7365 mengatakan...

saya tertarik dengan laporan hasil ujicoba ini. Apakah ada nomor telepon , alamat email atau alamat kantor yang bisa saya hubungi? Terimakasih banyak

omyosa mengatakan...

“MARI KITA BUATi
PETANI TERSENYUMi
KETIKA PANEN TIBA”

Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan produk-produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia.
NPK yang antara lain terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita, dan sudah dilakukan sejak 1967 (masa awal orde baru) hingga sekarang.
Produk hasil pertanian mencapai puncaknya pada tahun 1984 pada saat Indonesia mencapai swasembada beras dan kondisi ini stabil sampai dengan tahun 1990-an. Capaian produksi padi saat itu bisa 6 -- 8 ton/hektar.

Petani kita selanjutnya secara turun temurun beranggapan bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau yang ada disekitar kita, sementara yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro NPK saja ditambah dengan pengendali hama kimia yang sangat merusak lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin rusak, semakin keras dan menjadi tidak subur lagi. Sawah-sawah kita sejak 1990 hingga sekarang telah mengalami penurunan produksi yang sangat luar biasa dan hasil akhir yang tercatat rata-rata nasional hanya tinggal 3, 8 ton/hektar (statistik nasional 2010).

Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa tersenyum ketika panen tiba, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.

System of Rice Intensification (SRI) yang telah dicanangkan oleh pemerintah (SBY) beberapa tahun yang lalu adalah cara bertani yang ramah lingkungan, kembali kealam, menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya, kuantitas dan kualitas, serta harga produk juga jauh lebih baik.
SRI sampai kini masih juga belum mendapat respon positif dari para petani kita, karena pada umumnya petani kita beranggapan dan beralasan bahwa walaupun hasilnya sangat menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam proses olah lahan budidayanya.

Selain itu petani kita sudah terbiasa dan terlanjur termanjakan oleh sistem olah lahan yang praktis dan serba instan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sehingga umumnya sangat berat menerima metoda SRI ini.
Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah melihat petani tetangganya berhasil menerapkan metode tersebut.

Tawaran solusi yang lebih praktis yang perlu dipertimbangkan dan sangat mungkin untuk dapat diterima oleh masyarakat petani kita untuk dicoba, yaitu:

"BERTANI DENGAN SISTEM GABUNGAN SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN EFFECTIVE MICROORGANISME 16 PLUS (EM16+), PUPUK ORGANIK AJAIB SO/AVRON/NASA, AGEN HAYATI PENGENDALI HAMA TANAH/
TANAMAN GLIO dan BVR, DAN
POLA JAJAR GOROWO",

Cara gabungan ini hasilnya tetap PADI ORGANIK yang ramah lingkungan seperti dikehendaki SRI, tetapi pengolahan tanah sawahnya lebih praktis, dan hasilnya bisa meningkat 100% — 400% dibanding pola tanam seperti sekarang.

Terimakasih, dan
komentar Anda bisa langsung
di omyosa@gmail.com; atau di 02137878827, 081310104072,
atau bisa juga langsung di http://frigiddanlemahsahwat.blogspot.com/2011/07/pertanian-pembangunan-pertanian.html